UNFCCC Tekankan Transisi Energi Bersih yang Adil di COP 30

Avatar photo

INDONEWSIA.ID | United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyerukan seluruh negara segera mempercepat transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi bersih yang berkeadilan, demi mengurangi dampak krisis iklim yang semakin nyata.

Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Simon Stiell, menyampaikan hal ini saat membuka COP 30 di Belém, Brasil, 10 November 2025. Ia menegaskan, transisi energi yang adil tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga memastikan seluruh elemen masyarakat mendapat manfaat.

“Dunia telah sepakat untuk beralih dari bahan bakar fosil. Sekaranglah saatnya untuk berfokus pada bagaimana kita melakukannya secara adil dan tertib. Berfokus pada kesepakatan mana yang akan dicapai, untuk mempercepat penggandaan energi terbarukan dan penggandaan efisiensi energi,” kata Stiell.

Sejumlah organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam JustCOP menilai pernyataan Stiell menjadi arah utama Indonesia dalam memperkuat komitmen iklim. Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyatakan komitmen transisi energi menuju 100 persen energi bersih dalam satu dekade mendatang.

Direktur Eksekutif CERAH, Agung Budiono, menilai pernyataan tersebut harus diterjemahkan dalam kebijakan energi nasional. Namun dokumen seperti Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional, Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik PLN 2025–2034, dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2025–2045 masih menempatkan batu bara dan gas sebagai sumber utama energi nasional hingga lebih dari 60 persen dalam dua dekade mendatang.

Pengkampanye Energi Terbarukan Trend Asia, Beyrra Triasdian, menyebut pemerintah masih membuka ruang bagi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru dan mendorong gas sebagai low carbon fuel. “Langkah ini mempertahankan ketergantungan pada energi fosil dan mengabaikan tanggung jawab untuk memastikan transisi energi yang adil bagi masyarakat dan lingkungan,” ujarnya dalam keterangan resmi baru-baru ini.

Sementara itu, bauran energi primer Indonesia masih didominasi batu bara 40,37 persen, minyak bumi 28,82 persen, gas bumi 16,17 persen, dan Energi Baru Terbarukan 14,65 persen. Riset CELIOS, CREA, dan Trend Asia menunjukkan, 20 PLTU menyebabkan setidaknya 156.000 kematian dini akibat polusi udara, dengan kerugian ekonomi hingga Rp1,813 triliun dari 2026 hingga 2050.

Manajer Kampanye Hutan dan Kebun WALHI, Uli Arta Siagian, menekankan peralihan dari energi fosil ke energi bersih harus disertai pendanaan yang berkeadilan. Dana dari Tropical Forest Forever Facility (TFFF) seharusnya digunakan untuk memulihkan hutan tropis sekaligus mendukung transisi energi yang bermanfaat bagi komunitas lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *