*, Budaya  

Meriam Karbit, Warisan Budaya Pontianak yang Bertahan di Tengah Arus Modernisasi

Tradisi Meriam Karbit, ikon budaya Pontianak
Tradisi Meriam Karbit, ikon budaya Pontianak. dok. istimewa

Pontianak, 21 Maret 2025 – Meriam Karbit, sebuah tradisi khas Kota Pontianak, terus berusaha bertahan di tengah arus modernisasi yang melanda masyarakat. Tradisi yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2016 ini menjadi salah satu daya tarik utama saat menyambut Idulfitri. Namun, kelangsungan budaya ini menghadapi tantangan besar.

Permainan Meriam Karbit melibatkan proses pembuatan yang unik. Meriam ini dibuat dari kayu seperti mabang atau meranti, dengan diameter sekitar 50–70 cm dan panjang mencapai 6 meter. Karbit digunakan sebagai bahan bakar, menghasilkan dentuman keras yang memeriahkan malam takbiran. Meskipun sangat lekat dengan budaya lokal, jumlah kelompok pemain meriam karbit terus menurun setiap tahunnya.

Menurut Ketua Forum Meriam Karbit, Fajriudin, penurunan kelompok pemain disebabkan oleh kendala pendanaan dan sulitnya mendapatkan bahan baku. Dari 41 kelompok pada tahun 2024, kini hanya tersisa 30 kelompok pada tahun 2025. “Kami mengupayakan solusi berupa program ‘Bapak Angkat’ untuk membantu pendanaan, sehingga tradisi ini bisa tetap lestari,” ujarnya.

Untuk mengatasi kendala bahan baku, forum telah berkoordinasi dengan aparat keamanan agar pengadaan kayu dari daerah hulu dipermudah. Sementara itu, beberapa kelompok mulai beralih menggunakan bahan alternatif sebagai pengganti kayu balok. Meski demikian, semangat untuk melestarikan tradisi ini tetap kuat, terlebih dengan adanya dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pontianak.

Disdikbud Kota Pontianak telah menggelar rapat koordinasi untuk mempersiapkan Eksebisi Meriam Karbit yang akan dilaksanakan pada malam takbiran, 30 Maret 2025. Sebanyak 30 kelompok, yang tersebar di Pontianak Timur, Selatan, dan Tenggara, akan berpartisipasi dalam acara ini. Kepala Disdikbud, Sri Sujiarti, menegaskan bahwa eksebisi ini bukan kompetisi, melainkan perayaan budaya yang melibatkan kolaborasi berbagai pihak.

“Masyarakat juga dapat berpartisipasi langsung dengan mencoba menyulut Meriam Karbit selama eksibisi berlangsung. Ini adalah bagian dari upaya melestarikan budaya yang unik, yang kita tahu hanya ada di Pontianak,” jelasnya.

Meriam Karbit bukan sekadar hiburan, tetapi simbol identitas budaya Pontianak yang sarat dengan nilai sejarah. Melalui eksebisi ini, diharapkan tradisi Meriam Karbit dapat terus hidup, menghubungkan generasi muda dengan warisan budaya yang tak ternilai.

Bagaimana menurut Anda tentang informasi ini?

Lihat Hasil

Loading ... Loading ...

*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim Indonewsia.id. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber berita yang disertakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *