Mitos  

Mengapa Ular Harus Berganti Kulit?

Avatar photo
📷 Istimewa
📷 Istimewa

Ular memiliki kemampuan unik untuk mengganti kulitnya secara berkala. Proses ini dikenal sebagai ecdysis, yang terjadi karena tubuh ular terus tumbuh sementara lapisan luar kulitnya tidak elastis. Pergantian kulit ini tidak hanya sekadar pertumbuhan, tetapi juga memiliki fungsi lain dalam kehidupan ular.

Menurut penelitian dari Middle Tennessee State University, lapisan kulit ular terdiri dari dua bagian utama. “Lapisan dalam disebut dermis, sedangkan lapisan luar merupakan epidermis yang terdiri dari sisik keratin,” kata Jason Dallas, peneliti reptil.

Proses pergantian kulit dimulai dengan pembentukan lapisan keratin baru di bawah kulit lama. Ular juga menghasilkan cairan khusus yang membantu memisahkan kedua lapisan tersebut.

Baca Juga:

“Ular akan menggosokkan kepalanya ke permukaan kasar untuk membuat sobekan awal sebelum mulai melata keluar dari kulit lama,” jelas Daniel Kane, penjaga reptil di Kebun Binatang London.

Selain untuk pertumbuhan, pergantian kulit ini juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap parasit dan penyakit. Beberapa infeksi jamur dapat menyerang kulit ular, dan ecdysis membantu mereka menghilangkan mikroorganisme berbahaya.

“Kolonisasi jamur bisa merusak lapisan keratin, sehingga pergantian kulit bisa menjadi cara alami untuk membersihkan patogen,” ujar Donald Walker, profesor biologi.

Namun, pergantian kulit juga membawa risiko bagi ular. Selama proses ini, penglihatan mereka menjadi kabur akibat cairan di bawah sisik mata yang tergantikan. “Ini membuat ular lebih rentan terhadap serangan predator karena mereka tidak dapat melihat dengan jelas,” kata Kane.

Beberapa spesies tertentu bahkan mengalami peningkatan tingkat kematian akibat pergantian kulit yang terlalu sering. Infeksi jamur yang parah bisa menyebabkan pergantian kulit berulang dan memperburuk kondisi ular.

“Fenomena ini kita lihat pada rattlesnake timur, yang mengalami tingkat kematian lebih tinggi akibat pergantian kulit yang tidak normal,” ujar Walker.

Meski demikian, kulit bekas yang ditinggalkan oleh ular menyimpan informasi penting bagi para ilmuwan. Dari pola sisik hingga struktur epidermisnya, serpihan kulit ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi spesies ular bahkan tanpa harus melihat langsung individunya.

“Kulit bekas ular dapat menunjukkan karakteristik unik yang membantu proses identifikasi spesies,” terang Kane.

Pergantian kulit adalah bagian penting dari kehidupan ular. Proses ini tidak hanya terkait dengan pertumbuhan, tetapi juga dengan kesehatan dan adaptasi terhadap lingkungannya.

Bagaimana menurut Anda tentang informasi ini?

Lihat Hasil

Loading ... Loading ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *