Jakarta, 22 Juni 2025 — Kementerian Kesehatan RI mencatat lonjakan signifikan kasus infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia, terutama di kelompok usia remaja dan produktif. Dalam laporan tahun 2024, tercatat 23.347 kasus sifilis, dengan 77 di antaranya merupakan sifilis kongenital yang menular dari ibu ke bayi.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Ina Agustina, menyebutkan bahwa IMS kini menjadi ancaman kesehatan masyarakat, bukan hanya isu pribadi. “Kasus terbanyak terjadi pada usia 25-49 tahun, tapi tren peningkatan paling drastis justru di kelompok 15-19 tahun,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (20/6).
Selain sifilis, infeksi gonore atau kencing nanah juga meningkat, dengan 10.506 kasus pada tahun yang sama, terutama di DKI Jakarta. Gejala pada pria umumnya berupa nanah dari ujung kemaluan, sedangkan pada perempuan bisa tidak spesifik dan kerap disangka keputihan biasa.
Infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks juga menjadi perhatian utama. Menurut dr Hanny Nilasari dari FKUI-RSCM, banyak penderita yang terlambat terdeteksi karena IMS sering kali tidak bergejala, terutama pada perempuan.
Gejala umum IMS meliputi luka di kelamin, nyeri saat buang air kecil, cairan tidak normal dari organ intim, serta ruam pada kulit. Pada sifilis, gejala awal bisa tampak sebagai bercak di telapak tangan yang kerap disangka alergi, padahal infeksi sudah menyebar ke organ tubuh.
Komplikasi dari IMS dapat sangat serius, termasuk radang panggul, kehamilan ektopik, infertilitas, hingga risiko kematian neonatal bagi bayi. Kemenkes juga menyoroti tingginya angka aborsi pada remaja akibat kehamilan yang tidak diinginkan, yang kerap diawali dari ketidaktahuan terhadap IMS.
Upaya edukasi kesehatan reproduksi disebut sebagai salah satu solusi strategis. “Penting ada pendekatan menyeluruh, termasuk skrining dini, vaksinasi HPV, dan edukasi yang tidak menghakimi,” tegas dr Hanny.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala dan segera memeriksakan diri jika mengalami keluhan. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat disebut sebagai kunci untuk menekan penyebaran IMS di Indonesia.
*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim Indonewsia.id. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber berita yang disertakan.