Pemerintah Jepang mengeluarkan prediksi terbaru terkait potensi gempa dahsyat berkekuatan hingga M 9,0 yang dapat terjadi dalam kurun waktu 30 tahun ke depan. Dengan perkiraan risiko korban mencapai 300.000 jiwa, langkah mitigasi mulai diperkuat untuk menghadapi skenario terburuk.
Sebagai negara yang berada di Sabuk Seismik Cincin Api Pasifik, Jepang memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi dan tsunami. Wilayah ini menjadi pusat 81 persen gempa terbesar di dunia, dengan aktivitas tektonik yang terus terjadi.
Kisah Seru : Pewaris Panglima Hitam
Para ahli geologi memperingatkan bahwa Palung Nankai, yang membentang sepanjang 900 kilometer di lepas pantai selatan Jepang, menjadi salah satu titik paling berisiko.
Laporan terbaru dari satuan tugas gempa Jepang menyoroti pergerakan aktif lempeng Amur, Okhotsk, dan Laut Filipina sebagai pemicu utama potensi gempa megathrust ini. Jika terjadi, gempa dengan magnitudo sebesar itu berpotensi memicu tsunami besar yang dapat mengancam berbagai kota pesisir Jepang.
Baca Juga:
Sebagai respons terhadap peringatan ini, pemerintah Jepang mulai memperkuat langkah mitigasi. Salah satu strategi utama adalah peningkatan sistem peringatan dini, yang akan memungkinkan penduduk menerima informasi lebih cepat sebelum gempa terjadi. Simulasi evakuasi juga diperluas ke daerah-daerah berisiko tinggi.
Selain itu, pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur tahan gempa, termasuk gedung-gedung dengan teknologi peredam goncangan. Jepang sudah memiliki standar bangunan yang ketat, tetapi dengan prediksi gempa sebesar ini, ada dorongan untuk memperkuat regulasi lebih jauh.
Baca : Langkah Yang Tak Terhentikan
Langkah kesiapsiagaan ini dilakukan untuk meminimalkan jumlah korban dan dampak ekonomi akibat bencana. Jepang memiliki pengalaman panjang menghadapi gempa besar, termasuk gempa dan tsunami Tohoku 2011, yang mengakibatkan lebih dari 15.000 korban jiwa.
Dengan serangkaian mitigasi yang disiapkan, pemerintah Jepang berharap mampu menghadapi skenario terburuk jika gempa megathrust benar-benar terjadi. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada kesiapan masyarakat dan ketahanan infrastruktur menghadapi bencana yang tidak terduga.

