Tahun 2025 mencatat tren signifikan dalam dunia komunikasi digital, di mana semakin banyak pengguna yang beralih dari WhatsApp ke aplikasi pesan instan alternatif.
Fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan privasi yang kontroversial hingga kebutuhan akan fitur keamanan yang lebih canggih.
Salah satu pemicu utama migrasi pengguna adalah kebijakan privasi WhatsApp yang memungkinkan berbagi data dengan perusahaan induknya, Facebook.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran terkait perlindungan data pribadi, mendorong pengguna mencari platform yang lebih menghargai privasi.
Aplikasi seperti Telegram dan Signal menjadi pilihan populer karena menawarkan enkripsi end-to-end dan fitur keamanan lainnya.
Telegram, misalnya, mencatat pertumbuhan pesat dengan lebih dari 950 juta pengguna aktif bulanan hingga pertengahan 2024, mendekati target 1 miliar pengguna.
Selain itu, pengguna juga tertarik pada fitur-fitur inovatif yang ditawarkan oleh aplikasi alternatif, seperti mode gelap, panggilan video berkualitas tinggi, dan integrasi dengan platform lain.
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi pengguna yang beragam menjadi faktor kunci dalam meningkatnya popularitas aplikasi ini.
Namun, para pakar keamanan siber mengingatkan agar pengguna tetap berhati-hati dalam memilih aplikasi pengganti.
Ardi Sutedja, pendiri Indonesia Cyber Security Forum, menyarankan agar pengguna mempertimbangkan aspek perlindungan data pribadi sebelum beralih ke aplikasi lain.
*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim Indonewsia.id. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber berita yang disertakan.