Wilayah Himalaya yang telah lama menjadi sumber ketegangan antara India dan Pakistan kembali menjadi sorotan setelah insiden pembantaian 26 turis oleh kelompok bersenjata pada Selasa, 22 April 2025. Peristiwa ini menambah daftar panjang konflik di Kashmir, yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade.
Kashmir, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, masih diklaim oleh India dan Pakistan secara penuh, meski kedua negara hanya menguasai sebagian wilayahnya. Selain India dan Pakistan, China juga mengelola bagian dari kawasan Kashmir, menjadikannya salah satu wilayah dengan kehadiran militer terbanyak di dunia.
Sejak kemerdekaan India dan Pakistan pada 1947, kedua negara telah berperang dua kali untuk memperebutkan Kashmir. Maharaja Hari Singh, penguasa Kashmir saat itu, awalnya menunda keputusan untuk bergabung dengan salah satu negara, namun akhirnya menyerahkan kebijakan luar negeri dan pertahanan Kashmir kepada India setelah Pakistan mengirim pasukan ke wilayahnya.
Pada 2019, India mencabut status otonomi khusus Kashmir, mengklaim bahwa situasi keamanan telah membaik. Namun, insiden terbaru menimbulkan keraguan atas klaim tersebut, dan menyoroti masih adanya ketegangan serta pemberontakan terhadap pemerintahan India.
Pakistan terus menuntut referendum untuk menentukan status Kashmir, sementara India berargumen bahwa pemilu di negara bagian itu sudah cukup mengukuhkan posisinya sebagai bagian dari India. Resolusi PBB yang mendukung referendum masih menjadi perdebatan panjang antara kedua negara.
Seiring meningkatnya ketegangan, sebagian warga Kashmir menginginkan opsi ketiga, yaitu kemerdekaan penuh. Namun, baik India maupun Pakistan tidak mempertimbangkan kemungkinan ini, yang semakin memperumit situasi politik di kawasan tersebut.
Konflik di Kashmir telah menyebabkan ribuan korban jiwa, dengan perlawanan bersenjata yang terus berlangsung sejak 1989. Keberadaan Undang-Undang Kekuatan Khusus Angkatan Bersenjata (AFSPA) di India memberikan kewenangan tambahan bagi militer untuk menghadapi pemberontakan.
Insiden pembantaian turis ini kembali memperjelas betapa rawannya situasi keamanan di Kashmir. Ketegangan antarnegara dan konflik internal terus berlanjut, sementara solusi permanen untuk mengakhiri krisis di wilayah ini masih sulit dicapai.
*Naskah ini disusun berdasarkan berbagai sumber terpercaya dengan pengolahan redaksional oleh tim Indonewsia.id. Untuk informasi selengkapnya, silakan merujuk pada tautan sumber berita yang disertakan.